Merdeka.com – Filipina kemarin mengkonfirmasi kematian seorang pekerja konstruksi asal negara itu yang diculik dan dipenggal oleh milisi di Libya. Insiden ini digambarkan sebagai kematian warga Filipina pertama di negara itu sejak revolusi 2011.
Menurut juru bicara Departemen Luar Negeri Filipina Charles Jose, korban, yang identitasnya belum dirilis, diculik saat melalui pos pemeriksaan karena diduga bukan seorang muslim, seperti dilansir stasiun televisi Al Arabiya, Selasa (22/7).
“Kendaraan dia pakai dihentikan di pos pemeriksaan,” kata Jose kepada wartawan, dikutip surat kabar the Philippine Star. “Ada tiga orang di dalam mobil itu, warga Libya, Pakistan dan Filipina, dan korban diduga diculik karena dia bukan muslim.”
Para penculik awalnya meminta uang tebusan sebesar Rp 1,8 miliar sebagai pertukaran untuk kebebasan warga Filipina itu. Tapi setelah empat hari negosiasi, sebuah panggilan yang diterima membawa kabar tragis di mana korban telah dipenggal. Sementara tubuhnya yang sudah membusuk berada di sebuah rumah sakit di Kota Benghazi.
Jose percaya warga Filipina itu kemungkinan sudah tewas bahkan sebelum negosiasi dimulai.
Setelah insiden itu, Departemen Luar Negeri Filipina dua hari lalu mengeluarkan pernyataan menyerukan evakuasi yang mendesak dari sekitar 13.000 pekerja asal Filipina berbasis di Libya.
“Departemen Luar Negeri menegaskan kembali seruannya kepada semua warga negara Filipina di Libya untuk kembali ke rumah secepat mungkin,” kata dia.
Jose menjelaskan Level 4 atau “Wajib Evakuasi” telah dikeluarkan dan tidak ada warga Filipina yang akan diizinkan untuk melakukan perjalanan ke Libya.
“Siaga Level 4 telah dikeluarkan terkait perkembangan keamanan terbaru di Libya, meningkatnya kekerasan dan pelanggaran hukum, penutupan bandara utama, ancaman keamanan yang tinggi untuk warga Filipina, khususnya di Benghazi, di mana seorang pekerja Filipina diculik pada 15 Juli dan dikonfirmasi tewas kemarin,” tulis pernyataan tersebut. •
Sumber: Merdeka.com