Kebenaran, Kewarasan dan Rasionalitas Quran yang Dapat Membuat Anda Tertawa

Keledai IslamOleh: Ali Sina • 

Dalam bagian komentar di situs ini, saya sempat bertanya kepada seorang Muslim yang berkata bahwa orang harus membaca Quran ketimbang membaca artikel-artikel saya. Pertanyaan saya adalah apakah ia telah membaca Quran sebelumnya. Ia menjawab, “Ya, saya sudah membacanya. Strategi-strategi anda tidak berguna bagi yang berpikiran rasional, waras dan benar. Percayalah padaku, anda hanya membuang waktu”. Saya tidak akan mempercayai perkataannya, tetapi saya memutuskan untuk mengutip beberapa ayat Quran dan meminta orang Muslim untuk menggarisbawahi bagian-bagian yang kedengarannya benar, waras dan rasional.

Quran mengatakan,

“Dan Dia (Allah) mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!”” (Quran 2:31).

Sejauh ini para pakar zoologi telah mencatat 20.000 spesies ikan, 6.000 spesies reptil, 9.000 burung, 1.000 hewan amfibi, dan 15.000 spesies mamalia. Dan, walaupun ada jutaan spesies serangga yang telah dinamai, para ilmuwan memperkirakan masih ada jutaan lainnya yang belum ditemukan dan dinamai! Jumlah ini belum mencakup sub-spesies. Bahkan ada lebih banyak lagi spesies tanaman.

Berdasarkan hal ini, dapatkah anda mengatakan bahwa Quran 2:31 benar, waras dan rasional?

Quran 2:55-56 mengatakan, Allah memukul orang Yahudi dengan petir ketika mereka tidak beriman dan kemudian menghidupkan mereka kembali agar mereka bersyukur kepada-Nya.

55. “Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: “Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang, karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya. 56. Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur”. (Quran 2:55-56)

Saya tidak tahu apa definisi kebenaran, kewarasan dan rasional yang anda pahami. Ini terdengar seperti tingkah-laku orang yang menderita gangguan kepribadian narsisistik. Penderita narsisistik suka menghancurkan dan menghina orang lain dan kemudian menyelamatkan mereka untuk menunjukkan kekuasaan absolut atas orang lain. Video ini adalah contoh sempurna mengenai apa yang sedang saya bicarakan. Tidak ada orang yang waras dan berpikiran rasional yang akan bertingkah-laku demikian, apalagi Tuhan Sang Pencipta alam semesta. Tingkah-laku menyedihkan seperti ini hanya dimiliki orang yang sakit mental.

Quran 2:61 mengatakan pada jaman Musa, Allah menurunkan cemooh dan penghinaan terhadap orang Yahudi karena mereka tidak percaya kepada perkataan Allah dan mereka membunuh nabi-nabi mereka secara tidak adil.

Masalahnya bukanlah soal ketidakadilan penghukuman ini. Melainkan, Musa adalah nabi pertama yang diutus kepada orang Yahudi. Lalu bagaimana Allah dapat menghukum orang-orang Yahudi atas kejahatan yang belum pernah mereka lakukan? (karena nabi-nabi mereka yang Yahudi belum ada sebelumnya yang dibunuh)

Apakah ini kedengarannya benar, waras dan rasional?

Quran 41:11 berbunyi, “Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati.”

Bahkan murid kelas 1 SD pun tahu bahwa langit dan bumi tidak terpisah satu sama lain. Bumi adalah sebuah titik kecil di dalam alam semesta yang luas ini – yaitu langit. Jika langit dan Bumi datang bersama atau terpisah satu sama lain, maka adalah sebuah keanehan. Bumi ada di dalam langit. Bumi tidak akan pernah terpisah dari langit. Tapi bukan itu yang saya ingin sampaikan. Yang ingin saya kemukakan adalah Bumi dan semua planet lainnya, juga bintang-bintang yang ada di langit adalah benda-benda mati. Mereka bergerak oleh karena kekuatan gravitasi. Mereka tidak mempunyai pikiran sendiri dan tidak dapat taat atau tidak taat. Mereka hanyalah batu-batu. Dapatkah batu berpikir, berbicara dan memutuskan apa yang akan dilakukannya? Menurut Quran 2:74, YA, mereka dapat melakukannya. Ayat itu berbunyi:

“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah”. (Quran 2:74)

Bagi saya, ini kedengaran seperti cerita dongeng untuk anak-anak, bukan pemikiran yang benar, waras dan rasional.

Quran 2:65-66 mengklaim bahwa orang Yahudi diperintahkan agar tidak melanggar Hari Sabat, tetapi mereka melakukannya, Allah mengubah mereka menjadi kera dan membuat mereka dihina dan dibenci, agar menjadi contoh dan peringatan bagi orang-orang yang bertaqwa kepada Tuhan.

Kisah ini dulangi 3 kali dalam Quran, dan sama sekali tidak kedengaran benar, waras dan rasional. Memang sudah tentu Allah dapat melakukan apa saja, bahkan hal yang aneh. Pertanyaan saya adalah: bukankah penghukuman ini berlebihan? Mengapa bekerja pada hari Sabat menjadi urusan yang besar bagi Allah, dan jika memang demikian, mengapa Ia tidak mengesahkannya dengan Muhammad? Mengapa Allah mengesahkan hukuman rajam bagi para pezinah, tetapi lupa mengesahkan larangan bekerja pada Hari Sabat?

Asma adalah seorang wanita muda yang meninggalkan Islam beberapa bulan yang lalu. Ia dibantu oleh Shakila yang kisahnya diposkan dalam situs ini. Ia menulis surat kepada saya beberapa hari yang lalu, dan memperlihatkan kepada saya sebuah kontradiksi dalam Quran yang selama ini tidak saya perhatikan.

Ia mengatakan, walaupun ada fakta bahwa riba dilarang dalam Islam, Allah dalam Quran 2:245 memberikan riba kepada orang Muslim. Ia kemudian meminta mereka untuk mendanai perang-perang Muhammad dan berjanji akan membayar mereka kembali dengan bunga yang besar setelah mereka mati. Asma bertanya mengapa tidak apa-apa bagi Allah dan utusan-Nya untuk mempraktikkan riba, tetapi orang Muslim dilarang? Asma keliru. Dalam Islam, riba dilarang. Dalam ayat ini, Allah dan utusan-Nya sedang mempraktikkan taqqiyah, yaitu penipuan suci. Tidak ada pahala bagi orang-orang bodoh yang memberikan uang dan hidup mereka bagi Muhammad dan Allah rekaannya itu. Sama sekali tidak logis bila Tuhan membutuhkan uang umat-Nya untuk mendanai nabi-Nya sedangkan Ia mempunyai kekuatan para malaikat dan dapat membuat kekacauan untuk menghajar para musuh-Nya.

Setidaknya, pada jaman Musa, Allah menghukum sendiri orang-orang yang membelot dari-Nya. Apakah Ia telah kehilangan kekuasaan-Nya ketika Ia mengutus Muhammad? Mengapa ia perlu meminjam uang dari orang Muslim untuk mendanai perang nabi favorit-Nya?

Walaupun Quran berulangkali mengklaim diri sebagai kitab yang jelas (Q 2:99; 5:15-16; 10:15; 6:55; 45:25; 41:53; 35:40; 26:195; 24:1; 17:12; 2:256), sebuah kitab yang lengkap yang mencakup segala sesuatu (Q 6:38; 16:89; 17:89; 18:54), mudah dimengerti (Q 44:58; 54:22; 54:32, 54:40) dengan segala jenis contoh/teladan (Q 39:27; 30:58) dan tidak ada keraguan di dalamnya (Q 2:2; 11:1), dijelaskan secara terperinci (Q 6:114), tidak dapat diubah (Q 6:115; 15:41), sanggup menjelaskan dirinya sendiri (QS 2:185) dan tidak mempunyai kontradiksi (Q 4:82), namun Quran 3:7 mengatakan,

“Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal”. (Quran 3:7)

Ayat ini nampaknya bertentangan dengan semua klaim mengenai kejelasan dan kemudahan memahami Quran.

Untuk apa memberikan perumpamaan yang tidak dipahami orang? Perumpamaan digunakan untuk memperjelas konsep-konsep yang rumit, bukan membuatnya menjadi semakin lebih sulit dipahami. Ada yang tidak benar, tidak waras dan tidak rasional dalam ayat ini.

Berikut ini ada yang benar, waras dan rasional.

Quran 2:230 mengatakan, jika seorang pria menceraikan istrinya 3 kali, maka perempuan itu terlarang baginya hingga ia telah menikahi pria lain; lalu jika pria itu menceraikannya maka tidaklah salah jika mereka dipersatukan kembali.

Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah talak yang kedua), maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) mengetahui. (Q 2:230)

Hebat! Jika dalam kemarahan anda menjatuhkan talak 3 kali kepada istrimu, anda tidak dapat lagi menikahinya sampai ada pria lain menikahinya, menidurinya dan menikmatinya untuk sementara waktu, lalu jika pria itu menceraikannya maka anda dapat membawa ibu dari anak-anak anda pulang dan ia menjadi istrimu yang sah bagimu!

Ini sungguh melampaui kebenaran, kewarasan dan pikiran yang rasional. Ini jenius! Bagaimana seorang yang buta huruf dari Arab pada abad ke-7 dapat mempunyai pengetahuan sebanyak ini?

Tetapi marilah kita bersikap adil. Ada pula butir-butir kebenaran dalam Quran. Sebagai contoh Quran 8:30 yang berbunyi, “dan Allah adalah Penipu Ulung” (waAllahu khayru almakireen). Siapa yang dapat mendebatkan hal itu? Disinilah Quran dan Alkitab bertabrakan. Dalam Kitab Wahyu 12:9 dikatakan bahwa Setan adalah Sang Penipu seluruh dunia ini. • AS

AliSina.org

Post a comment or leave a trackback: Trackback URL.

Comments

  • boykolot  On 12 January 2014 at 17:23

    KITAB TELEGRAM YANG PENUH MU’JIZAT

    Kitab suci Al-Qur’an dapat dengan tepat dilukiskan sebagai ‘sebuah kitab telegram’. Berdasarkan bagaimana kitab tersebut diwahyukan dalam bentuk perintah suci yang disampaikan secara telegraf dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang:
    l. Alkohol Dan Judi

    “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah, ‘Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.’ Dan, mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah, ‘yang lebih dari keperluan’. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.” (QS. Al-Baqarah: 219)

    Al-Qur’an dan Hadist

    Ayat di atas hanyalah sebuah contoh bagaimana Tuhan berbicara! Contoh lainnya akan diberikan. Dapatkah setiap pencari kebenaran diyakinkan dengan suatu cara yang lebih mudah? Jawabannya adalah ‘Tidak!’ Dia (Tuhan) memberi alasan dengan keras dalam firman berikut ini,

    “Katakanlah, ‘Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, ….” (QS. Ar-Ra’d: 16).

    Tentu saja tidak!

    Sekarang bandingkan firman Tuhan Yang Maha Kuasa di atas tentang ‘Khamer’ (yang memabukkan) dengan sabda dari utusan terpilih-Nya, Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Jangan lupakan bahwa surat Al-Baqarah ayat 219 di atas yang diikuti dengan hadits di bawah ini berasal dari bibir Nabi ShallallahuAlaihi wa Sallam dan dicatat oleh para sahabatnya:

    Ibnu Anas Radhiyallahu Anhu melaporkan bahwa utusan Allah tersebut mengutuk siapa saja yang bersekutu dalam cara apapun untuk memproduksi atau mengkonsumsi segala bentuk minuman memabukkan. Dia berkata,

    Dikutuk siapa saja yang menanam anggur untuk pembuatan.
    Dikutuk siapa saja yang menjualnya.
    Dikutuk siapa saja yang memerasnya.
    Dikutuk siapa saja yang membotolkannya, dan
    Dikutuk siapa saja yang meminumnya, atau kata-kata untuk akibatnya.

    Nabi Muhammad ShallallahuAlaihi wa Sallam tersebut juga diceritakan berkata,

    “Apapun yang memabukkan dalam jumlah yang lebih besar, dalam jumlah yang lebih kecil juga dilarang.”

    Dalam Islam tidak ada alasan untuk sedikit atau banyak, tidak seperti nasihat Paulus kepada Timoti:

    “Janganlah lagi minum air saja, melainkan tambahkanlah anggur sedikit, berhubung pencernaanmu terganggu dan tubuhmu sering lemah.” (Injil – 1 Timoti 5: 23)

    Atau rekomendasi Solomon yang optimis tapi tak serius bagi perbudakan dan penaklukan sebuah masyarakat jajahan:

    “Berikanlah minuman keras itu kepada orang yang akan binasa, dan anggur itu kepada orang yang susah hatinya. Biarkanlah ia minum dan melupakan kemiskinannya, dan tidak lagi mengingat kesusahannya.” (Injil – Amsal 31: 6-7).

    Marilah kita lupakan, silahkan lihat kembali gaya penulisan Al-Qur’an dan kata-kata Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tersebut di atas. Kedua hal tersebut adalah kata-kata yang terpisah dalam gaya penulisan, struktur, dan keindahan meskipun diucapkan dengan bibir yang sama.

    Contoh lain pengulangan secara telegrap terhadap sebuah pertanyaan sehubungan dengan:
    2. Bulan Sabit

    “Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah, ‘Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; … ” (QS. Al–Baqarah: 189)

    “Terdapat banyak tahayul sehubungan dengan bulan sabit, seperti yang terdapat pada saat ini. Kita diberitahu agar tak peduli dengan tahayul tersebut. Sebagai sebuah pengukuran waktu, di mana kalender bulan digunakan, bulan sabit adalah satu tanda besar, yang disaksikan oleh orang-orang dengan penuh hasrat. Hari raya Islam, termasuk Haji ditentukan dengan tampaknya bulan baru tersebut.” (A. Yusuf Ali).

    Sebuah telegram, dalam sebuah nada yang identik untuk pertanyaan.
    3. Amal

    “Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah, Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. ‘Dan apa saja kebajikan yang kamu perbuat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.” (QS. Al-Ba~a-rah: 189).

    Tiga pertanyaan yang timbul dalam beramal:

    a. Apa yang harus kita beri?
    b. Kepada siapa kita harus memberi?
    c. Bagaimana kita harus memberi?

    Jawabannya di sini, berikan apa saja yang baik, berguna, bermanfaat, dan berharga. Bisa berbentuk barang atau uang. Bisa sebuah pertolongan. Bisa nasihat, bisa kata bijak: “Apa saja perbuatan baik yang kamu kerjakan” adalah amal. Sebaliknya, jika Anda memberikan sesuatu yang tidak berguna, tidak ada amal di dalamnya. Atau jika Anda memberi sesuatu dengan maksud membahayakan, seperti sebuah pedang kepada orang gila, atau obat atau gula bahkan uang kepada seseorang yang ingin Anda tipu, “Ini bukanlah amal tetapi sebuah pemberian yang dilarang.”
    Kepada Siapa Anda Harus Memberi?

    Mungkin menggoda untuk memperoleh penghargaan dunia dengan sebuah pemberian yang akan menjadi bahan pembicaraan, tetapi apakah Anda memenuhi kebutuhan orang-orang yang mempunyai hak dalam harta Anda? Jika Anda tidak, Anda seorang yang menipu kreditor: bukanlah amal!

    “Setiap pemberian dinilai dengan karakter yang tidak mementingkan diri sendiri: Tingkat kebutuhan dan tuntutan merupakan sebuah faktor yang harus Anda pertimbangkan: jika Anda tidak menghargainya, terdapat sesuatu yang mementingkan diri sendiri di balik itu.
    Bagaimana Seharusnya Diberikan?

    Dalam pandangan Allah hal tersebut menghalangi semua kepura-puraan, riya, dan ketidak tulusan.” Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam menerima telegram yang lain untuk menjawab pertanyaan tentang alam dalam hal:
    4. Roh

    “Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Kata-kanlah, ‘Roh itu termasuk urusan Rabb-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit’…” (QS. Bani ‘Israil: 85).

    Saya tidak berhenti untuk memberi penekanan lebih terhadap kenyataan bahwa pembacaan kitab suci Al-Qur’ an tidak seperti kitab lain di bumi. Al-Qur’an berbicara tegas dan langsung ke pokok permasalahan. Tidak terdapat “jika” dan “tetapi”, tidak ada kebohongan, tidak ada keraguan. Dalam seluruh volumenya yang sangat banyak Anda tidak akan mendapatkan tipe naskah dari sebuah “box-office”, atau sebuah rekaman potongan film seperti “Ten Commandments,” “Samson and Delilah,” atau “David and Bath-Sheba” dapat dihasilkan untuk layar perak, bioskop. Dalam hal ini kitab suci Injil adalah kesenangan penulis naskah. Semuanya lengkap untuk mengubah dengan mudah menjadi pot-pot emas!

    Selagi kita berada di sini, izinkan saya mengingatkan para pembaca yang mencari seperti Anda, Anda tidak akan menemukan di dalam sampul kitab suci Al-Qur’an bahkan nama ayah atau ibu Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Anda tidak akan menemukan nama istrinya atau nama putrinya, tidak juga nama sahabat-sahabat tercintanya. Mengherankan! Walau demikian Anda akan menemukan sebuah surat yang seluruhnya dipersembahkan bagi Maryam, ibu Yesus … Surat Maryam, atau Maria, surat ke 19 dari kitab suci Al-Qur’an.

    Yesus disebut dalam kitab Tuhan ini tidak kurang dari 25 kali, sementara nama Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam hanya lima kali. Alasannya? Apakah Yesus dan ibunya lebih penting daripada Muhammad dan ibunya (semoga kesejahteraan atas mereka semua)? “Tidak! Tidak sama sekali” Kemudian mengapa Al-Qur’an mengulas banyak sekali? Sederhana, karena integritas Yesus dan ibunya (kesejahteraan atas mereka) yang dipertaruhkan. Terdapat bermacam-macam tuduhan salah, sindiran dan tuduhan tak langsung terhadap ibu dan anak yang harus dijernihkan.

    Karena itu cerita pemberitahuan, doktrin Katholik bahwa Maryam mengandung tanpa pergaulan dengan pria dan kelahiran Yesus harus didokumentasikan. Tidak seorang pun pernah mempertanyakan silsilah Nabi Islam, karena itu tidak ada sebuah kata pun diboroskan dalam keseluruhan kitab tentang kelahiran Muhammad atau asal usulnya. Al-Qur’an bukanlah biografi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam! Ini sulit dimengerti bagi orang-orang yang tidak beriman.

    Marilah kita berikan satu lagi contoh komunikasi telegrafi dari Al-Qur’an pada masalah Hari Kiamat, yaitu:
    5. Hari Kiamat

    “Mereka menanyakan kepadamu tentang hari kiamat, ‘Bilakah terjadinya?’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu ada pada sisi Rabb-ku; tidak seorang pun dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi mahluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba.” (QS. Al-A’raf: 187).

    Akan berharga ketika membandingkan satu ayat di atas dengan seluruh pasal 13 Injil Markus, yang menggunakan seluruh 37 ayat di sana untuk mendapatkan kesimpulan satu ayah (ayat) di atas. Sebuah tes sederhana untuk membedakan kitab buatan manusia dari firman Tuhan. Anda akan menemukan Al-Qur’ an bebas dari hiasan tambahan dan pembicaraan yang bertele-tele!

    Banyak lagi contoh dapat diberikan dari kitab Tuhan untuk membuktikan bahwa penggambarannya bukanlah gaya bahasa manusia, bahwa Al-Qur’ an adalah sebuah kitab yang unik. Kenyataannya sebuah buku dapat ditulis dengan tema ini sendiri. Bagaimanapun kita akan mengakhiri bab ini dengan satu contoh terakhir dari kitab suci Al-Qur’an. Sebuah surat pendek yang klasik yang terdiri dari hanya empat ayat. Susunan kata keseluruhan empat ayat tersebut lebih sedikit dibandingkan lima contoh ayat yang masing-masingnya diberikan di atas. Pada halaman berikut saya memberi Anda sebuah salinan surat pendek tersebut.

    “Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada.beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”

    Dalam terjemahan berbahasa Inggris pada halaman sebelumnya, Anda akan mencatat lima angka terhadap empat ayat tesebut, No 6296 sampai 6300. Dalam terjemahan lengkap A. Yusuf Ali, Anda akan menemukan komentarnya. Anda mungkin setuju atau tidak setuju dengan uraiannya. Hal tersebut tidaklah mutlak. Firman Tuhan adalah teks Arab yang Anda lihat di atas, dan yang berbahasa Inggris diterima sebagai usaha terbaik manusia dalam terjemahan.

    Saya sekarang akan memberi Anda pengamatan saya sendiri dari sudut wahyu yang kita sedang diskusikan, yaitu inspirasi Tuhan –Firman Tuhan, di bawah judul:
    6. Batu Ujian Teologi

    Dengan kekuasaan utusan Allah, secara umum diterima bahwa seorang Muslim yang membawakan empat ayat di atas dalam teks aslinya, akan memperoleh berkah spiritual tiga kali lebih banyak dari membaca seluruh Al-Qur’an. Apa yang membuat surat pendek ini tak terhingga nilainya? Bukanlah suara, tidak juga musik simfoni yang tak ada bandingnya yang menggerakkan manusia sangat gembira dan menangis. Ini adalah perintah suci, batu ujian agama memberinya status yang tinggi dan agung.

    Tidak ada sebuah ilmu teologi atau konsep tentang Tuhan yang keluar dari bidang empat ayat pendek ini. Mereka adalah batu ujian tentang pengetahuan Tuhan. Melalui ini Anda dapat menerima atau menolak setiap ide Tuhan, atau mengetahui yang benar dari yang salah. Ini benar-benar seperti “batu ujian” yang digunakan tukang emas untuk menguji emas. Tanyakan teman Anda yang menjadi tukang emas bagaimana sebuah batu ujian bekerja. Bagaimana batu ujian Al-Qur’an kita terjadi?

    • nano  On 29 April 2014 at 08:54

      Itulah super aneh bin bloonnya aulloh islam. Ternyata dalam surga islam penuh dengan khamar yg berlimpah dan sex orgi. Aulloh edan sama kaya utusannya

Blog ini hanya membahas tentang ISLAM. Jika Anda berkomentar selain daripada Islam, insyaallah akan mendapat azab dari Admin yaitu DIHAPUS tanpa peringatan. Silahkan memberi komentar sesuai isi artikel. Wassalam.