Hawa Nafsu, Tuhan Sejati yang Diikuti Muhammad

Oleh: Duladi ⦁

Mari kita mulai dari menilik ayat-ayat Alquran berikut ini:

QS 25:43-44
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya, atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).

Dalam ucapannya, Muhammad menjelaskan bahwa orang yang menuhankan hawa nafsu adalah seperti binatang ternak, bahkan lebih buruk daripada binatang ternak.

Persoalannya, siapakah orang yang dimaksud?

Kita jangan lupa dengan trik kanak-kanak yang sudah lazim Muhammad lakukan, yaitu intrik maling teriak maling. Dia menuduh lebih dulu, untuk menutupi perbuatannya sendiri. Dia melontarkan tuduhan lebih dulu, agar dirinya tidak dituduh melakukan hal serupa. Hal itu sudah pernah saya contohkan dalam satu topik mengenai tuduhan Mengarang kitab, yang sudah pernah saya bahas, tap kemudian di-report massal oleh anak-anak kecil (muslim idiot) itu.

Kali ini, kita akan membahas mengenai tuduhannya yang lain, yang justru mengarahkan tuduhan itu kepada dirinya sendiri sebagaimana yang sudah-sudah, yaitu justru Muhammad-lah orang yang telah menjadikan hawa nafsu sebagai tuhannya. Ada 3 kategori hawa nafsu yang telah dijadikan tuhan baginya, yaitu hawa nafsu seks, hawa nafsu keserakahan, dan hawa nafsu angkara murka.

Mari kita simak beberapa contoh kisah hidupnya.

Hawa nafsu seks di atas segala-galanya

Moral dan etika diabaikan, demi memuaskan hawa nafsu seksnya. Pada waktu Aisyah berumur 6 tahun, Muhammad yang sudah berumur 53 tahun itu melamarnya dan ingin menikmati vagina anak kecil yang menurutnya lebih nikmat daripada vagina orang dewasa. Abu Bakar sang ayah melarangnya, dan baru mengijinkan Muhammad menikmati tubuh Aisyah setelah Aisyah berumur 9 tahun. Inilah yang Muhammad katakan tentang Aisyah

Sahih Bukhari. Volume 4, Buku 55, Hadist 623
Telah bercerita kepada kami Yahya bin Ja’far telah bercerita kepada kami Waki’ dari Syu’bah dari ‘Amru bin Murrah dari Murrah Al Hamdaniy dari Abu Musa radliallahu ‘anhu berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Manusia yang sempurna dari kalangan laki-laki banyak dan tidak ada manusia yang sempurna dari kalangan wanita kecuali Asiyah, istrinya Fir’aun dan Maryam binti ‘Imran. Dan keistimewaan ‘Aisyah radliallahu ‘anhu dibandingkan wanita-wanita lain adalah bagaikan keistimewaan makanan “tsarid” terhadap makanan yang lain”. (Tsarid adalah sejenis makanan yang terbuat dari daging dan roti yang dibuat bubur dan berkuah).

Ini pengakuan Aisyah tentang apa yang diperbuat Muhammad kepadanya:

Sahih Bukhari Volume 7, Buku 62, Hadist 64
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yusuf Telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Hisyam dari bapaknya dari Aisyah radliallahu ‘anha, bahwasanya; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menikahinya saat ia berumur enam tahun, dan ia digauli saat berumur sembilan tahun. Dan Aisyah hidup bersama dengan beliau selama sembilan tahun.

Dari riwayat lain:

Sahih Bukhari Volume 5, Buku 58, Hadist 236
Diriwayatkan oleh ayah Hisham, Khadija mati tiga tahun sebelum Nabi pindah ke Medina. Dia tinggal di sana selama kira-kira dua tahun, lalu menikah dengan Aisha ketika dia seorang gadis berumur enam tahun, dan menyetubuhinya ketika dia berumur sembilan tahun.

Seorang kakek-kakek kawin dengan anak kecil yang pantas jadi cucunya, sungguh merupakan suatu perbuatan yang tidak pantas dan melanggar etika. Tetapi Muhammad tidak peduli dengan itu semua, pokoknya SYAHWAT-nya terpenuhi.

Perbuatan Muhammad lainnya seperti dilaporkan oleh sejarawan tertua berikut ini:

Tabaqat Ibn Sa’d, Vol 8, hal. 195
Ibnu Sa’d menulis “Abu Bkr menceritakan bahwa Rasul SAW melakukan persetubuhan dg Mariyah di rumah Hafsa. Ketika rasul keluar rumah, Hafsa duduk digerbang (di belakang pintu yg terkunci). Dia bilang pada nabi, O rasul, apa anda melakukan ini di rumahku dan ketika giliranku Nabi berkata, kendalikan dirimu dan biarkan aku pergi karena aku telah membuatnya (Mariyah) haram bagiku. Hafsa berkata, Aku tidak terima kecuali kamu bersumpah bagiku. Hazrat (yg mulia) itu berkata, Demi Allah aku tidak akan menyentuhnya lagi.”

Tidak lama berselang, dia bukannya bertaubat karena telah berzinah dengan Mariyah, malah dia mengarang ayat untuk membatalkan sumpahnya itu supaya dia boleh meniduri Mariyah kembali.

QS 66:1-2
Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkannya bagimu; kamu mencari kesenangan hati istri-istrimu Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada kamu sekalian membebaskan diri dari sumpahmu; dan Allah adalah Pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Muhammad terus melakukan perzinahan dengan Mariyah, dan status Mariyah tetap budak (bukan istri) sampai dia melahirkan anak haram.

Akan tetapi tidak lama ia mengalami kesedihan itu, dengan melalui Maria orang Koptik, Tuhan telah memberi karunia seorang anak laki-laki yang diberi nama Ibrahim, nama yang diambil dari Ibrahim leluhur para nabi, para hunif yang patuh kepada Tuhan. Sejak Maria diberikan oleh Muqauqis kepada Nabi sampai pada waktu itumasih berstatus hamba sahaja. Oleh karena itu tempatnya tidak di samping mesjid seperti isteri-isteri Nabi Umm’l-Mukminin yang lain. Oleh Muhammad ia ditempatkan di ‘Alia, di bagian luar kota Medinah, di tempat yang sekarang diberi nama Masyraba Umm Ibrahim, dalam sebuah rumah di tengah-tengah kebun anggur.

Tidak hanya kepada budaknya, kepada menantunya pun Muhammad tega. Demi menyalurkan HAWA NAFSU-nya yang tak terbendung lagi, dia memerintahkan anak angkatnya menceraikan istrinya agar Muhammad bisa mengawini sang menantu.

Tabaqat, 8101-102
Diriwayatkan Muhammad Ibn Yahya Ibn Hayyan, Rasulullah mendatangi rumah Zaid … Zainab Binti Jahsh menghampirinya, mengenakan gaun rumah tipis, namun Rasulullah memalingkan muka darinya. Zainab mengatakan, ‘Ia tidak disini, Rasulullah, tapi silahkan masuk … Rasulullah menolak.
Ketika Zaid pulang, Zainab melaporkan kedatangan Rasulullah. Zaid bertanya, ‘Kau mengijinkanya masuk, bukan? Zainab menjawab, ‘Saya tawari namun ia menolak. Ia mengatakan, ‘Ia tidak mengatakan apa-apa’ Zainab mengatakan, `Ketika ia pergi ia mengatakan sesuatu namun bagi saya kurang jelas. Katanya, Terpujilah Allah yang mengarahkan hati manusia.
‘Zaid pergi menemui Rasulullah dan mengatakan, ‘O Rasulullah, saya mendengar anda pergi ke rumah saya. Mengapa anda tidak masuk Mungkin anda menyukai Zainab. Saya bisa meninggalkannya.’ Rasulullah mengatakan, ‘Pertahankanlah isterimu.’ Zaid mengatakan, ‘O Rasulullah, saya akan meninggalkannya.’ Rasulullah mengatakan, ‘Tetaplah bersama isterimu.’ Ketika Zaid meninggalkan Zainab, Zainab mengucilkan diri dan menghabiskan masa Iddah-nya.
Sementara Rasulullah duduk dan bicara dengan Aisha, ia kesurupan (kemasukan wahyu) dan ketika sembuh ia tersenyum dan mengatakan, ‘Siapa akan pergi ke Zainab dan memberikannya kabar baik bahwa Allah menikahkannya kepada saya di surga’.
.
QS 33:37
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya Tahanlah terus isterimu dan bertaqwalah kepada Allah , sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah -lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap isterinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada isterinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi.
.
QS 33:40
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Shafiyah, istri Kinanah pun tak luput dari NAFSU BIRAHI Muhammad.

Sahih Bukhari Vol 1, Buku 8, Hadist 367
Telah menceritakan kepada kami Ya’qub bin Ibrahim berkata, telah menceritakan kepada kami Ima’il bin ‘Ulayyah berkata, telah menceritakan kepada kami ‘Abdul ‘Aziz bin Shuhaib dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berperang di Khaibar. Maka kami melaksanakan shalat shubuh di sana di hari yang masih sangat gelap, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan Abu Thalhah mengendarai tunggangannya, sementara aku memboncenmg Abu Thalhah. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu melewati jalan sempit di Khaibar dan saat itu sungguh lututku menyentuh paha Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Lalu beliau menyingkap sarung dari pahanya hingga aku dapat melihat paha Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang putih. Ketika memasuki desa beliau bersabda: “Allahu Akbar, binasalah Khaibar dan penduduknya! Sungguh, jika kami mendatangi halaman suatu Kaum, maka (amat buruklah pagi hari yang dialami oleh orang-orang yang diperingatkan itu)’ (Qs. Asf Shaffaat: 177). Beliau mengucapkan kalimat ayat ini tiga kali.” Anas bin Malik melanjutkan, “(Saat itu) orang-orang keluar untuk bekerja, mereka lantas berkata, ‘Muhammad datang!’ ‘Abdul ‘Aziz berkata, “Sebagian sahabat kami menyebutkan, “Pasukan (datang)! ‘ Maka kami pun menaklukan mereka, para tawanan lantas dikumpukan. Kemudian datanglah Dihyah Al Kalbi seraya berkata, “Wahai Nabi Allah, berikan aku seorang wanita dari tawanan itu!” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Pergi dan bawalah seorang tawanan wanita.” Dihyah lantas mengambil Shafiyah binti Huyai. Tiba-tiba datang seseorang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, “Wahai Nabi Allah, Tuan telah memberikan Shafiyah binti Huyai kepada Dihyah! Padahal dia adalah wanita yang terhormat dari suku Quraizhoh dan suku Nadlit. Dia tidak layak kecuali untuk Tuan.” Beliau lalu bersabda: “Panggillah Dihyah dan wanita itu.” Maka Dihyah datang dengan membawa Shafiah. Tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melihat Shafiah, beliau berkata, “Ambillah wanita tawanan yang lain selain dia.” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerdekakan wanita tersebut dan menikahinya.” Tsabit berkata kepada Anas bin Malik, “Apa yang menjadi maharnya?” Anas menjawab, “Maharnya adalah kemerdekaan wanita itu, beliau memerdekakan dan menikahinya.” Saat berada diperjalanan, Ummu Sulaim merias Shafiah lalu menyerahkannya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam saat malam tiba, sehingga jadilah beliau pengantin. Beliau lalu bersabda: “Siapa saja dari kalian yang memeliki sesuatu hendaklah ia bawa kemari.” Beliau lantas menggelar hamparan terbuat dari kulit, lalu berdatanganlah orang-orang dengan membawa apa yang mereka miliki. Ada yang membawa kurma dan ada yang membawa keju/lemak.” Anas mengatakan, “Aku kira ia juga menyebutkan sawiq (makanan yang dibuat dari biji gandung dan adonan tepung gandum). Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mencampur makanan-makanan tersebut. Maka itulah walimahan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.”

Demi keutamaan hawa nafsu, Muhammad juga mengijinkan para pengikutnya memperkosa para tawanan wanita di depan suami mereka.

Sunan Abu Dawud, Buku 11, Hadist 2150
Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin Umar bin Maisarah, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Zurai’, telah menceritakan kepada kami Sa’id dari Qatadah dari Shalih Abu Al Khalil dari Abu ‘Alqamah Al Hasyimi, dari Abu Sa’id Al Khudri, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengutus sebuah utusan pada saat perang Hunain menuju kepada Suku Authas. Kemudian mereka bertemu dengan musuh mereka, dan berperang dengan mereka. Lalu mereka mengalahkan musuh-musuh tersebut dan mendapatkan wanita-wanita tawanan. Seolah-olah beberapa orang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam merasa berat untuk bercampur dengan mereka karena keberadaan suami-suami mereka dari kalangan orang-orang musyrik. Kemudian Allah Ta’ala menurunkan ayat mengenai hal tersebut: (Qs 4:24) “Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki.” Yaitu; mereka halal bagi kalian apabila telah selesai ‘iddah mereka.

Hawa nafsu keserakahan

Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1 Halaman 582
Ibnu Ishaq berkata, Rasulullah SAW mendengar bahwa Abu Sufyan bin Harb tiba dari Syam bersama kafilah dagang Quraisy yang mengangkut kekayaan yang banyak sekali milik orang-orang Quraisy, dan komoditi mereka.
Ketika Rasulullah SAW mendengar Abu Sufyan bin Harb tiba dari Syam, beliau mengajak-kaum Muslimin keluar. Rasulullah SAW bersabda ,Inilah kafilah dagang Quraisy. Di dalamnya terdapat harta kekayaan mereka. Oleh karena itu, pergilah kalian kepada mereka! Mudah-mudahan Allah memberikan kekayaan kepada kalian.
Ketika mendekati Hijaz, Abu Sufyan mencari-cari informasi dan bertanya kepada musafir yang ia temui, karena ia takut mendapat serangan tidak terduga dari manusia. la mendapatkan informasi dari salah seorang musafir yang berkata kepadanya, “Sesungguhnya Muhammad telah memobilisasi sahabat-sahabatnya untuk menyerangmu dan menyerang kafilah dagangmu,”.
.
Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam jilid 2 Hlm 306
Ibnu Ishaq berkata, Kinanah bin Ar-Rabi’ didatangkan kepada Rasulullah SAW, karena kekayaan Bani An-Nadhir ada padanya. Beliau menanyakan kekayaan tersebut kepada Kinanah bin Ar-Rabi’, namun ia mengaku tidak mengetahui tempatnya. Setelah itu, salah seorang Yahudi didatangkan kepada Rasulullah SAW. Orang Yahudi tersebut berkata, ‘Aku pernah melihat Kinanah mengelilingi reruntuhan benteng ini setiap pagi.’ Rasulullah SAW bersabda kepada Kinanah bin Ar-Rabi’, ‘Bagaimana pendapatmu, kalau kami menemukan kekayaan tersebut kemudian kami membunuhmu’ Kinanah bin Ar-Rabi’ menjawab, ‘Ya.’
Rasulullah SAW memerintahkan penggalian reruntuhan benteng tersebut hingga akhirnya sebagian kekayaan orang-orang Khaibar dapat dikeluarkan daripadanya. Rasulullah SAW bertanya kepada Kinanah bin Ar-Rabi’ tentang kekayaan lainnya, namun ia bungkam.
Rasulullah SAW bersabda kepada Az-Zubair bin Al-Awwam, ‘Siksa dia hingga engkau bisa mendapatkan apa yang ada padanya.’Az-Zubair bin Al-Awwam menyalakan api dengan batang kayu di dada Kinanah bin Ar-Rabi’ hingga ia melihatnya, kemudian Rasulullah SAW mendorong Kinanah bin Ar-Rabi’ kepada Muhammad bin Maslamah yang kemudian memenggal kepalanya sebagai pembalasan atas kematian saudaranya yaitu Mahmud bin Maslamah.
.
Sahih Bukhari Vol 1, Buku 8, Hadist 367
Telah menceritakan kepada kami Ya’qub bin Ibrahim berkata, telah menceritakan kepada kami Ima’il bin ‘Ulayyah berkata, telah menceritakan kepada kami ‘Abdul ‘Aziz bin Shuhaib dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berperang di Khaibar. Maka kami melaksanakan shalat shubuh di sana di hari yang masih sangat gelap, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan Abu Thalhah mengendarai tunggangannya, sementara aku memboncenmg Abu Thalhah. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu melewati jalan sempit di Khaibar dan saat itu sungguh lututku menyentuh paha Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Lalu beliau menyingkap sarung dari pahanya hingga aku dapat melihat paha Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang putih. Ketika memasuki desa beliau bersabda: “Allahu Akbar, binasalah Khaibar dan penduduknya! Sungguh, jika kami mendatangi halaman suatu Kaum, maka (amat buruklah pagi hari yang dialami oleh orang-orang yang diperingatkan itu)’ (Qs. Asf Shaffaat: 177). Beliau mengucapkan kalimat ayat ini tiga kali.” Anas bin Malik melanjutkan, “(Saat itu) orang-orang keluar untuk bekerja, mereka lantas berkata, ‘Muhammad datang!’ ‘Abdul ‘Aziz berkata, “Sebagian sahabat kami menyebutkan, “Pasukan (datang)! ‘ Maka kami pun menaklukan mereka, para tawanan lantas dikumpukan. Kemudian datanglah Dihyah Al Kalbi seraya berkata, “Wahai Nabi Allah, berikan aku seorang wanita dari tawanan itu!” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Pergi dan bawalah seorang tawanan wanita.” Dihyah lantas mengambil Shafiyah binti Huyai. Tiba-tiba datang seseorang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, “Wahai Nabi Allah, Tuan telah memberikan Shafiyah binti Huyai kepada Dihyah! Padahal dia adalah wanita yang terhormat dari suku Quraizhoh dan suku Nadlit. Dia tidak layak kecuali untuk Tuan.” Beliau lalu bersabda: “Panggillah Dihyah dan wanita itu.” Maka Dihyah datang dengan membawa Shafiah. Tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melihat Shafiah, beliau berkata, “Ambillah wanita tawanan yang lain selain dia.” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerdekakan wanita tersebut dan menikahinya.” Tsabit berkata kepada Anas bin Malik, “Apa yang menjadi maharnya?” Anas menjawab, “Maharnya adalah kemerdekaan wanita itu, beliau memerdekakan dan menikahinya.” Saat berada diperjalanan, Ummu Sulaim merias Shafiah lalu menyerahkannya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam saat malam tiba, sehingga jadilah beliau pengantin. Beliau lalu bersabda: “Siapa saja dari kalian yang memeliki sesuatu hendaklah ia bawa kemari.” Beliau lantas menggelar hamparan terbuat dari kulit, lalu berdatanganlah orang-orang dengan membawa apa yang mereka miliki. Ada yang membawa kurma dan ada yang membawa keju/lemak.” Anas mengatakan, “Aku kira ia juga menyebutkan sawiq (makanan yang dibuat dari biji gandung dan adonan tepung gandum). Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mencampur makanan-makanan tersebut. Maka itulah walimahan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.”

Hawa nafsu angkara murka

Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 2 hlm 15-18
PEMBUNUHAN KA’AB BIN ASYRAF
Ibnu Ishaq berkata, Kemudian syair-syair Maimunah binti Abdullah dijawab lagi oleh Ka’ab bin Al-Asyraf, ‘Tahanlah orang tidak waras dari kalian Agar kalian selamat dari perkataannya yang tidak baik Apakah engkau mencelaku jika aku menangisi dengan air mata ber-cucuran Terhadap kaum yang mencintaiku dengan hati yang tulus Aku pasti akan menangis selagi aku masih hidup Dan selagi aku ingat amal mulia suatu kaum yang mulia di Al-Jabajib.’
Setelah itu, Ka’ab bin Al-Asyraf pulang ke Madinah dan memuji-muji istri-istri kaum Muslimin hingga mereka terganggu karenanya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda -seperti dikatakan kepadaku oleh Abdullah bin Al-Mughits bin Abu Burdah-, ‘Siapa yang siap bertindak terhadap Ka’ab bin Al-Asyraf mewakiliku’ Muhammad bin Maslamah, saudara Bani Abdul Asyhal berkata, ‘Wahai Rasulullah, saya siap membunuhnya.’ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Satiam bersabda,’Silahkan engkau lakukan, jika engkau sanggup melakukannya.’ Muhammad bin Maslamah pulang ke rumah dan menetap di rumah selama tiga hari tanpa makan-minum, kecuali seperlunya saja…
.
Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 2 hlm 623-624
PEMBUNUHAN ASHMA’ BINTI MARWAN
Ibnu Ishaq berkata, Abdullah bin Al-Haritsa bin Al-Fudhail berkata dari ayahnya, yang berkata, Ashma’ binti Marwan diperistri salah seorang dari Bani Khathmah bernama Yazid bin Zaid. Ashma’ binti Marwan pernah berkatamenghina Islam dan kaum Muslimin.
Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mendengar ucapan Ashma’ binti Marwan, beliau bersabda,’Ketahuilah, siapakah yang bisa membunuh putri Marwan’ Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam didengar Umair bin Adi Al-Khathmi yang ketika itu berada di dekat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Pada malam tersebut, Umair bin Adi Al-Khathmi pergi ke rumah Ashma’ binti Marwan dan membunuhnya.
.
Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 2 hlm 20-21
PEMBUNUHAN PEDAGANG YAHUDI
Ibnu Ishaq berkata bahwa Rasulullah ShallalIahu Alaihi wa Sallam ber-sabda, Siapa saja yang bisa mengalahkan orang Yahudi, bunuh dia !
.
Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 2 hlm 206-207
PEMENGGALAN 800 ORANG YAHUDI DALAM SATU HARI
Ibnu Ishaq berkata, Kaum Muslimin berdiri menuju Sa’ad bin Muadz dan berkata, ‘Hai Abu Amr, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengangkatmu untuk memutuskan perkara-perkara keluargamu.’ Sa’ad bin Muadz berkata, Terhadap itu semua, kalian harus komitmen dengan janji Allah bahwa hukum tentang mereka adalah sesuai dengan hukum yang aku keluarkan.’ Mereka berkata, ‘Ya.’ Sa’ad bin Muadz berkata, ‘Kalian juga harus komitmen kepada orang yang ada di sini.’ Sa’ad bin Muadz berkata seperti itu sambil menunjuk ke tempat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. la bertindak seperti itu sebagai penghormatannya kepada beliau. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Ya.’ Sa’ad bin Muadz berkata, Tentang Bani Quraidhah, aku putuskan bahwa orang laki-laki mereka dibunuh, kekayaan mereka dibagi-bagi, dan anak-anak serta wanita-wanita ditawan’.
Ibnu Ishaq berkata, Ashim bin Umar bin Qatadah berkata kepadaku dari Abdurrahman bin Amr bin Sa’ad bin Muadz dari Alqamah bin Waqqash Al-Laitsi yang berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada Sa’ad bin Muadz, ‘Sungguh engkau telah memutuskan perkara mereka dengan hukum Allah dari atas tujuh langit’.Ibnu Hisyam berkata, Sebagian orang yang aku percaya berkata kepadaku bahwa Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu berteriak keras ketika kaum Muslimin mengepung Bani Quraidhah, ‘Hai pasukan iman!’ Kemudian ia dan Az-Zubair bin Al-Awwam maju. Ali bin Abu Thalib berkata lagi, ‘Aku pasti akan merasakan apa yang telah dirasakan oleh Hamzah atau aku pasti membuka benteng mereka.’ Orang-orang Yahudi Bani Quraidhah berkata, ‘Hai Muhammad, kita tunduk kepada hukum Sa’ad bin Muadz’.
Ibnu Ishaq berkata, Setelah itu, orang-orang Yahudi Bani Quraidhah disuruh turun, kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menahan mereka di Madinah di rumah putri Al-Harits, salah seorang wanita dari Bani An-Najjar. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pergi ke Pasar Madinah, kemudian membuat parit di sana. Setelah itu, beliau memerintahkan orang-orang Yahudi Bani Quraidhah dibawa ke parit tersebut dan memenggal kepala mereka di dalamnya.
Mereka dibawa ke parit tersebut kelompok per-kelompok, termasuk musuh Allah Huyai bin Akhthab, Ka’ab bin Asad tokoh Bani Quraidhah bersama enam ratus atau tujuh ratus orang-orang Bani Quraidhah. Ada yang mengatakan bahwa jumlah mereka adalah delapan ratus atau bahkan sembilan ratus. Orang-orang Yahudi Bani Quraidhah berkata kepada Ka’ab bin Asad ketika mereka dibawa kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam secara berkelompok, ‘Hai Ka’ab, bagaimana pendapatmu terhadap perlakuan Muhammad kepada kita’ Ka’ab bin Asad berkata, ‘Kenapa kalian tidak berpikir di setiap tempat Tidakkah kalian lihat dai yang tidak terbantahkan Bukankah orang di antara kalian yang dibawa kepadanya itu tidak kembali lagi Demi Allah, inilah pembunuhan.’
Itulah yang terjadi hingga Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam selesai merealisasikan keputusan Sa’ad bin Muadz terhadap mereka.

Jadi, apa kesimpulannya?

Mari kita lihat dulu, ayat berikut ini turun untuk siapa:

QS 25:43-44
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya, atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).

MUHAMMAD dan para pengikutnya adalah BINATANG, karena mereka telah menempatkan HAWA NAFSU di atas segalanya, melebihi nilai-nilai kemanusiaan, nilai moral dan etika. Mereka-lah sebenarnya orang-orang yang telah menjadikan HAWA NAFSU sebagai tuhan mereka.

Astagfirullah aladziem…
Naudzubillah Min Zaliek…

Kok ada ya, BINATANG yang MENYERUPAI MANUSIA bahkan MENGAKU-AKU SEBAGAI NABI PULA. ⦁

Post a comment or leave a trackback: Trackback URL.

Blog ini hanya membahas tentang ISLAM. Jika Anda berkomentar selain daripada Islam, insyaallah akan mendapat azab dari Admin yaitu DIHAPUS tanpa peringatan. Silahkan memberi komentar sesuai isi artikel. Wassalam.